Rabu, 31 Mac 2021

Syair Meriam Sultan Sulaiman Singgora


Meriam ini adalah milik Sultan Sulaiman dari Kesultanan Singgora dan dikelaskan sebagai meriam pengepungan.Ketika pemerintahan Sultan Sulaiman,semua serangan dari Siam (Ayutthaya) dapat dipatahkan dengan mudah,dan catatan asing mengatakan tembakan-tembakan meriam Singgora amat dasyat sehinggakan jeneral-jeneral perang Ayutthaya melarikan diri dari medan peperangan.

Selepas kemangkatan Sultan Sulaiman,Siam terus menyerang dan akhirnya Singgora jatuh juga ketika pemerintahan anak kepada Sultan Sulaiman,Sultan Mustapha Syah,kali ini dengan bantuan Portugis dan Belanda.

Meriam yang megah ini dirampas Siam dan berada dalam simpanan mereka selama 79 tahun,kemudian dirampas Burma dalam Perang Burma-Siam atau Pengepungan keenam Burma 1765-1767 yang menyaksikan kejatuhan Ayutthaya.Meriam buatan Melayu Singgora ini berada dalam simpanan Burma selama 120 tahun.Kemudian dirampas pula oleh British dalam Perang Inggeris-Burma Ketiga 1885-1887 dan dibawa ke England dan ditempatkan di Royal Hospital Chelsea sehingga ke hari ini selama lebih 120 tahun.

Apa yang menariknya,di atas badan meriam ada terukir satu syair yang indah,bertulisan Jawi,berbahasa Melayu klasik.Pada akhir syair ada dicatatkan nama pengarang: Tun Juma'at Abu Mendus.

Pihak Burma juga mencatatkan sesuatu di atas meriam itu,untuk memperingati kejayaan mereka memusnahkan Siam dengan mencatatkan bahawa:

"Ta Htaung Ta-Ya Hnit-HSe Shit-Khu Dwarawati Thein Ya"

Terjemahan: Tahun 1128 (1776 Masehi) ....diperolehi semasa menawan Dvaravati

 (catatan:Dvaravati asalnya kerajaan Mon,kemudian ditakluk Sukhotai dan Ayutthaya).

Bayangkan,meriam Melayu diperebut pelbagai bangsa.Hari ini,generasi Melayu tidak menyangka bahawa nenek moyang mereka mampu membikin meriam yang arsem dan lejen.Bila drama pendekar,pahlawan Melayu kerap digambarkan bergaduh di warung-warung buluh beratap rumbia bersenjatakan keris dan tombak sahaja.Hanya filem Sumpah Di Bumi Merekah lakonan Dato' Rahim Razali sahaja memaparkan pahlawan Melayu berperang dengan menggunakan lela rentaka (swivel gun).

Saya persembahkan syair yang indah ini kepada anda,para peminat sejarah.Bayangkan,di atas sebuah meriam yang brutal,terpahat sebuah syair.Begitu berseni dan halus budaya Melayu dahulukala.

ya dha l-awwali wa’l-ilm
ya dha l-haqqi wa’n-ni’am
ya dha l-jadli wa’l-kiram
ya dha l-ba’si wa’n-niqam

Hadrat Ahmad Arabi nasab
Akan Tuhan dhatnya amat ajaib
Dengan bahasa ia ‘ilmu dan adab
Maha ketika dengan bahasa Arab

Ya man ghafurun wa ghaffar
Ya man shakurun wa saffar
Wa ‘lishurna ma’a ‘l-abrar
Subhana Allah, Allhu Akbar

Bedil diperbuat adalah sudah
Menyucap syukur ke hadrat Allah
Jadikan tanda meninggalkan mannah
Akan membunuh kafir ‘alayhi ‘l-la’nah

Ingat-ingat engkau hai anak dagang
ke tanah juga kita akan pulang
tuntuti olehmu ghazi berperang
janji Tuhan ke jannat datang

Darus-salam jannat juga
jannat tempat rahmat juga
penuh dengan nikmat juga
duduk kekal dengan suka juga

Daulat tuanku sebagai datang
seperti sabak air yang pasang
di taufiqi ‘Llahi rabbi l’-alam
dan binuri ‘l-iman tatkalanya datang

Jahat bebal hamba latehan
berbuat meriam dihadirkan
akan kafir syirik zalim ke neraka jahanam
akan dipandang sahabat meninggalkan zaman.

~Srikandi
Direct descendant of Cik Melati Amarawangsa of Grahi

PUTROE PHANG JULUKAN DARI TENGKU KAMALIAH SEORANG PUTRI KESULTANAN PAHANG


Tengku Kamaliah adalah seorang putri yang berasal dari Kesultanan Pahang di Semanjung Melayu (Negara Malaysia sekarang) yang menjadi permaisuri Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam dari Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang. Setelah Putri Sendi Ratna Istana sebagai pemaisuri meninggal dunia, Sultan Iskandar Muda mempersunting putri jelita dari keluarga diraja Pahang.

Latar Belakang Keadaan Politik Negeri-Negeri Melayu dalam Persaingan Pengaruh Antara Kesultanan Aceh Darussalam dan Kekuasaan Portugis di Malaka pada Abad ke-17
Kekuasaan Imperialisme Eropa yang pertama datang ke Asia Tenggara adalah Portugis, pada tahun 1511 menaklukkan Malaka. Portugis kemudian menaklukkan Samudera Pasai (1521) dan memperluas pengaruhnya di Selat Malaka. Akan tetapi dari Utara Sumatera muncul lawan sepadan Aceh Darussalam, konflik berlangsung ratusan tahun dan akhirnya Sultan Aceh terbesar Iskandar Muda lahir dan pertarungan kian dahsyat. Sebagaimana diceritakan dalam Sejarah Pahang1)

“Dalam bulan Juli 1613, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, Raja Aceh yang masyhur gagah perkasanya itu, telah menghantar suatu angkatan perang laut yang besar datang menyerang dan mengalahkan Negeri Johor, Batu Sawar dan Kota Seberang. Bandar-bandar utama di Negeri Johor masa itu telah diduduki oleh orang-orang Aceh. Mengikut setengah sumber, Iskandar Muda sendiri mengepalakan Angkatan Perang Aceh yang menyerang Negeri Johor itu. Sultan Alauddin Riayat Syah III, adinda baginda Raja Abdullah serta Bendahara (Perdana Menteri) Johor Tun Sri Lanang dan beberapa ramai pengiring-pengiring Sultan Johor telah ditawan dan dibawa ke Negeri Aceh…”

Setelah beberapa tahun di Aceh, Sultan Alauddin Riayat Syah III berjanji tidak akan lagi membantu Portugis yang telah menduduki Malaka, maka Sultan Iskandar Muda membebaskan Sultan Alauddin dan diantar kembali serta ditabalkan kembali sebagai Sultan Johor. Akan tetapi ternyata Sultan Alauddin Riayatsyah III ternyata berkhianat dan bekerjasama dengan Portugis untuk memperluas jajahan mereka di Semenanjung Melayu. Alauddin membantu Portugis untuk mengangkat Raja Bujang menjadi Raja Pahang. Raja Bujang sebelumnya adalah seorang pangeran Pahang yang telah bersumpah setia kepada Portugis.

Maka, September 1615. Sultan Iskandar Muda menyerang Johor kembali dengan angkatan perang yang besar, Sultan Alauddin ditangkap dan dibawa (lagi) ke Aceh sampai meninggal. Serangan armada Aceh Darussalam dilanjutkan ke Pahang  sebagaimana yang dituliskan oleh Haji Buyong Adil:

“Oleh sebab orang Portugis telah menolong Sultan Johor menaikkan Raja Bujang menduduki Kerajaan Negeri Pahang, pada tahun 1617 Sultan Aceh telah mengeluarkan Angkatan Perang Aceh menyerang Negeri Pahang dan laskar-laskar Aceh yang datang itu telah membinasakan daerah di Negeri Pahang. Raja Bujang melarikan diri, sementara ayah mertuanya, Raja Ahmad, dan putranya yang bermana Raja Mughal serta 10.000 rakyat negeri Pahang ditawan ditahan dan dibawa ke Negeri Aceh. Seorang pitri dari keluarga diraja Pahang, yang bernama Putri Kamaliah, juga turut dibawa ke Aceh, yang kemudian diperistri oleh Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam, dan Putri Pahang itu termasyur dalam sejarah Aceh karena kebijaksanaannya dan disebut oleh orang-orang Aceh Putroe Phang…”

Peran Putroe Phang dalam Pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam

Tengku Kamaliah adalah seorang putri yang berasal dari Kesultanan Pahang di Semanjung Melayu (Negara Malaysia sekarang) yang menjadi permaisuri Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam dari Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang.

Putri Pahang dalam istana Darud Dunia tidak hanya sebagai Permaisuri, juga menjadi penasehat bagi suaminya Sultan Iskandar Muda. Salah satunya nasehatnya adalah pembentukan Majelis Syura (Parlemen) yang beranggotakan 73 orang sebagai perwakilan penduduk dalam kerajaan Aceh2). Sebagai penghormatan kepada Putroe Phang sebuah Hadih Maja (Kata-kata berhikmat) yang berbunyi:

Adat bak Poteu Meureuhom,

Hukom bak Syiah Kuala,

Kanun bak Putroe Phang,

Reusam bak Laksamana,

Hukom ngon adat lagee zat ngon sifuet,

Hadih Maja ini adalah ajaran tentang pembagian kekuasaan dalam kerajaan Aceh Darussalam3), yang bermakna:

Kekuasaan eksekutif berupa kekuasaan politik/adat berada di tangan Sultan sebagai Kepala Pemerintahan. Sultan Iskandar Muda menciptakan sistem ini, maka dibangsakan kepadanya (Poteu Meureuhom);
Kekuasaan yudikatif atau pelaksanaan hukum berada di tangan ulama. Syekh Abdurrauf Syiah Kuala merupakan seorang ahli hukum dan Kadi Malikul Adil yang paling menonjol, maka pelaksanaan yudikatif ini dibangsakan kepadanya;
Kekuasaan legislatif atau pembuatan undang-undang dibangsakan kepada Putroe Phang karena ia yang memberi nasehat untuk membentuk Majelis Syura (Parlemen);
Peraturan keprotokolan atau reusam berada di tangan Laksamana sebagai Panglima Angkatan Perang Aceh dibangsakan kepada Laksamana Malahayati;
Baris kelima adalah sintesis dari silogisme empat baris sebelumnya, yaitu: Dalam keadaan bagaimanapun, adat, kanun, dan reusam tidak boleh dipisahlan dari hukum/ajaran Islam sebagai penuntun jalan setiap orang yang memegang kekuasaan di Kesultanan Aceh Darussalam.
Hadih Maja ini menjadi falsafah hidup orang Aceh. Sultan Iskandar Muda, Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, Putri Pahang dan Laksamana Malahayati adalah teladan bagi orang-orang Aceh. Kita melihat dalam Hadih Maja ini menyebutkan empat nama, dua laki-laki dan dua perempuan menunjukkan bahwa Islam sebagai dasar kerajaaan, Al-Quran dan Hadist menjadi sumber hukum memberikan hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk memegang jabatan apa saja dalam kerajaan, diakui sepenuhnya.

Gunongan sebagai persembahan cinta dari Sultan Iskandar Muda kepada Puteri Pahang; Foto bersumber dari situs nederlandsekrijgsnacht.nl

Sejarah Aceh mencatat nama-nama perempuan yang memainkan peranan penting di tanah Aceh, banyak tokoh besar perempuan, baik sebagai pemimpin pemerintahan maupun sebagai pahlawan dalam peperangan.  Itu karena berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan Hadist-hadist nabawi di Kesultanan Aceh Darussalam memberikan hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Isnin, 29 Mac 2021

Projek HSR KL-Singapura terbatal dengan rasminya setelah Malaysia selesai membayar gantirugi RM320 juta kepada Singapura.


Dengan ini, projek HSR KL-Singapura terbatal dengan rasminya setelah Malaysia selesai membayar gantirugi RM320 juta kepada Singapura.

Mengikut laporan media dan sumber dalaman, projek ini akan diganti dengan projek keretapi Kuala Lumpur-Johor Bahru dengan menggunakan teknologi ETS KL Sentral ke KLIA yang lebih perlahan berbanding keretapi 350km sejam untuk projek asal.

Kos HSR-JB juga dilaporkan antara RM63 bilion hingga RM65 bilion - iaitu tak jauh berbeza berbanding kos asal sebanyak RM60 bilion hingga RM68 billion untuk projek asal HSR KL ke Singapura.

Akibat penukaran ini, jumlah penumpang setahun juga dijangka turun dari 8.4 juta setahun ke 4.2 juta menjelang tahun 2031.

Ini akan memberi impak yang amat besar dari segi harga tiket (pengguna dari Singapura mampu membayar tambang lebih mahal) dan jumlah penumpang sehingga projek ini mengalami kerugian besar tahunan memanjang - bermakna kerajaan mungkin akan perlu membayar gantirugi setiap tahun atau bail-out operator HSR pada masa depan.

Jika ditukar ke JB sahaja dan menjadi lebih perlahan berbanding kelajuan asal sebanyak 350 km/sejam, projek ini tidak boleh bersaing lagi dengan sektor penerbangan KL ke Singapura.

Sektor penerbangan ini adalah paling sibuk dalam dunia dan HSR dijangka boleh menurunkan kos tiket, jumlah tempoh perjalanan dan juga pencemaran udara sebab tren elektrik adalah lebih efficient dan kurang mencemar.

Impian pergabungan antara dua ekonomi terbesar dan dua ibukota negara ASEAN juga tidak akan tercapai.

Projek HSR KL-JB ini hanya akan bersaing dengan projek Landasan Berkembar ETS KL-JB yang dijangka siap tahun ini. 

Akibatnya, manfaat ekonomi bagi Malaysia dari projek ini akan berkurang beberapa TRILION Ringgit menjelang tahun 2050.

Tapi satu manfaat bagi kerajaan Malaysia ialah kerajaan boleh membuat segala keputusan perolehan untuk memberi kontrak kepada mana-mana pihak dengan sendirinya berbanding model JV dahulu di mana segala proses perolehan dan pemilihan vendor perlu ditimbang, dilaksanakan dan dipantau secara bersama oleh kedua-dua negara.

Alasan yang akan diberi kenapa batal dan tukar ke KL-JB dipercayai adalah Singapura tak benarkan HSR berhubung dengan KLIA. 

Ini tidak benar kerana rancangan asal ialah untuk HSR berakhir di Bandar Malaysia. Sebuah stesen ERL juga akan dibina di Bandar Malaysia sebab trak ERL KL Sentral-KLIA lalu berhampiran Bandar Malaysia.

Jika projek HSR tidak lagi berakhir di Bandar Malaysia seperti pada asalnya maka projek Bandar Malaysia juga tidak akan mencapai potensi pembangunannya sebanyak RM140 bilion juga.

Jika benar, keputusan kerajaan ini akan banyak merugikan negara sebanyak bertrilion-trilion Ringgit untuk tempoh 50 tahun akan datang sebab walaupun kos projek agak sama tetapi jumlah pendapatan HSR, daya penarikan pelaburan asing serta manfaat ekonomi (kerana tiada lagi cerita integrasi ASEAN) bagi Malaysia adalah jauh lebih rendah.

Ahad, 28 Mac 2021

𝗞𝗜𝗦𝗔𝗛 𝗔𝗕𝗗𝗨𝗟 𝗔𝗭𝗜𝗭 𝗜𝗦𝗛𝗔𝗞 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗘𝗥𝗔𝗡𝗜


Aziz Ishak adalah merupakan adik kepada Yusof Ishak yang merupakan Presiden pertama di Singapura dan beliau dilahirkan di Trong, Perak dalam tahun 1913.

Tokoh yang ingin diceritakan adalah merupakan waris dari keturunan Dato Jenaton yang merupakan bangsawan Minangkabau yang telah berhijrah ke Pulau Pinang sewaktu zaman Sultan Muhammad Jiwa (Sultan Kedah ke 9).

Ayahnya yang bernama Ishak bin Ahmad adalah orang Asia pertama yang dilantik sebagai Pemangku Pengarah Jabatan Perikanan bagi Negeri-Negeri Selat dan Melayu Bersekutu.

Mereka sekeluarga telah mengikut ayahnya berpindah ke Singapura dalam tahun 1923. Aziz telah bersekolah rendah di Victoria Bridge School dan seterusnya meyambung pelajaran di Raffles Institution.

Aziz Ishak pernah berkerja sebagai Pegawai Perikanan sewaktu ketika usia mudanya dan pada tahun 1935 ketika berusia 22 tahun, beliau telah diarahkan untuk bertugas di Kuala Kurau, Perak.

Tersebutlah satu riwayat sewaktu zaman pendudukan Jepun di Tanah Melayu, beliau yang pada waktu itu sedang menjawat jawatan sebagai Ketua Bahagian Perikanan di Majlis Pembandaran, Singapura.

Aziz Ishak telah dipukul oleh Kempeitai Jepun kerana enggan memberikan lesen kelong kepada seorang pemborong yang merupakan tentera laut Jepun kerana hendak berniaga di tempat yang telah dikhaskan untuk nelayan-nelayan tempatan.

Sebelum pegawai Jepun tersebut hendak marah dan memukulnya, Aziz Ishak telah mencampakkan sebuah fail ke mukanya. Tindakan beliau itu telah menyebabkan beliau dibawa ke dalam sebuah bilik dan ditumbuk serta diterajang selama 20 minit sehingga menyebabkan hidungnya berdarah.

Selepas Jepun menyerah kalah, abangnya iaitu Yusof Ishak telah menjemputnya untuk membangunkan Utusan Melayu. Oleh itu, beliau telah meletakkan jawatan sebagai Pegawai Perikanan.

Dalam tahun 1946, Aziz Ishak bersama-sama dengan Thaharuddin dan A. Samad Ismail telah menubuhkan Gerakan Angkatan Melayu Muda (GERAM) di Singapura yang cenderung kepada pro Pertubuhan Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM).
Pada tahun 1951 pula, Aziz Ishak selaku wakil Utusan Melayu telah ditugaskan untuk ke London supaya dapat buat liputan tentang pertabalan Queen Elizabeth II.

Diceritakan bahawa Aziz Ishak telah melaporkan Perdana Menteri Britain, Winston Churchill sering duduk dan bangun ketika upacara pertabalan. Beliau juga telah menyifatkan upacara pertabalan tersebut seperti wayang Cina kerana beberapa pekerja menyapu sampah permaidani ketika acara pertabalan berlangsung.

Akibat daripada laporan beliau itu, Sir Gerald Templer yang merupakan Pesuruhjaya Tinggi British di Malaya telah memanggil Aziz ke pejabatnya untuk soal siasat.

Sewaktu di dalam bilik tersebut, Aziz Ishak telah digelar sebagai “rat reporter” (wartawan tikus) oleh Templer. Ketika mahu keluar dari bilik, Templer terus memaki dan mencabarnya agar pertengkaran mereka itu dilaporkan di dalam dada akhbar Utusan Melayu.

Aziz Ishak menjawab, beliau akan menulis kejadian ini lalu menghempaskan pintu dengan kuat tetapi malangnya hanya berbunyi perlahan kerana pintu tersebut mempunyai spring untuk menghalang hentaman.

Setelah menyertai pelbagai pertubuhan politik sejak muda seperti Kesatuan Melayu Muda (KMM), GERAM, UMNO dan Parti Kemerdekaan Malaya (IMP), akhirnya dalam tahun 1953, Aziz Ishak telah dilantik sebagai Menteri Pertanian, Perikanan dan Syarikat Kerjasama di bawah Kabinet Tunku Abdul Rahman.

Ketika Khir Johari bertugas di luar negeri, beliau telah memangku jawatan Menteri Pelajaran. Satu peristiwa telah berlaku berkenaan dengan pelajar-pelajar Maktab Perguruan Bahasa telah mengadakan mogok kerana membantah tindakan pengetuanya seorang pegawai berbangsa Inggeris.

Sebuah Jawatankuasa ditubuhkan dan Aziz Ishak dan beliau telah mengambil tindakan tegas dengan melucutkan jawatan Pengetua tersebut. Selain itu, beliau juga telah menukarkan nama Sekolah Umum (nama yang diberikan oleh Khir Johari) kepada Sekolah Kebangsaan yang dipakai hingga hari ini.

Dalam tahun 1961, Aziz Ishak selaku Menteri Pertanian telah mencadangkan Penubuhan Kilang Baja Urea milik kerajaan untuk membantu petani-petani miskin di kampung-kampung.

Malangnya, cadangan beliau itu tidak dipersetujui oleh Tunku Abdul Rahman dengan alasan ianya memerlukan perbelanjaan yang cukup besar dan Aziz Ishak pula beranggapan Tunku mahu mempertahankan kilang baja milik British daripada sebarang persaingan.

Pertikaian itu berlanjutan sehinggakan Aziz Ishak telah dipindahkan ke Kementerian Kesihatan. Namun, Aziz Ishak telah menolak perlantikan tersebut dan tindakan beliau itu akhirnya telah membawa kepada pertembungan terbuka.

Tunku memecat Aziz Ishak pada tahun 1963 sebagai ahli UMNO. Dengan itu, jawatan Menteri yang disandangnya selama tujuh tahun setengah gugur secara automatik dan beliau telah menjadi rakyat biasa yang tidak mempunyai apa-apa jawatan. Al Fatihah untuk Abdul Aziz Ishak.

SALASILAH WARIS KESULTANANMELAKA KINI KEMBALI DARIMOYANG SULTAN PERAK KE-28


Percayakah Kita terdapat tiga Kerajaan 
negeri lain selain di Perak yang dapat 
mewarisi dan pernah memiliki garis
kesinambungan dari gen Paraweswara
Kesultanan Melayu Melaka. Seperti kita
maklum antara 3 negeri ini selain Perak
pernah memiliki pewaris dari Kerajaan
Melayu Melaka. Salah satunya Pahang,
Johor dan Selangor, yang paling awal
diperintahkan menakluki negeri lain
dari jurai pewaris Keturunan Kerajaan
Melaka ialah negeri Pahang. Ini Kerana 
melihat pada catatan cerita negeri besar
Pahang, Kerajaan negeri ini telah awal
ditubuhkan pada tahun 1470 Masehi 
dari era Sultan Mansur Shah iaitu Sultan
Melaka Yang Ke-6 sebelum datangnya
Keturunan pecahan dari waris yang
terakhir dari Sultan Melaka Yang Ke-8 
iaitu Sultan Mahmud Shah akibat kes
peristiwa insiden pembunuhan :

NEGERI PAHANG MULA TERBENTUK 
DARI JURAI KESULTANAN MELAKA
(1470)

Corak pemerintahan oleh Kesultanan
Melayu Islam di negeri Pahang dari
jurai Kesultanan Melayu Melaka wujud 
selepas terbentuknya Kerajaan Islam
di Melaka. Sultan Pahang yang pertama
adalah putera kepada Sultan Mansur 
Shah, Melaka pada tahun 1470.

Sebab-sebab Kerajaan Pahang dari
jurai Kesultanan Melaka berakhir :

Setelah itu tahun demi tahun silih 
berganti dan itu berlakulah peristiwa
di mana anak Bendahara sendiri iaitu
Paduka Raja Tun Perak yang bernama 
Tun Besar sedang bermain sepak raga, 
telah dibunuh akibat ditikam dengan 
sebab telah menjatuhkan destar Raja 
Muhammad yang sedang berkuda. 
Pertelagahan di antara kedua-dua
keluarga ini telah segera ditegah oleh
Bendahara Tun Perak dengan katanya
yang masyhur “Nyiah! Nyiah kamu 
semua, nyiah kerana istiadat hamba 
Melayu tiada pernah derhaka. Tetapi
akan anak raja seorang ini janganlah
kita pertuan”. Lantaran peristiwa itu,
Raja Muhammad telah ditolak dari
bumi Melaka dan telah dirajakan di 
Pahang sebagai sultan yang pertama,
dan bergelar Sultan Muhammad Shah
pada Tahun 1470. Makam baginda
terdapat di kawasan Dusun Pinang, 
Pahang Tua, Pekan pada tahun 1475 
Masehi.

Raja Ahmad menyusul menjadi Sultan
Pahang setelah kemangkatan Sultan 
Muhammad Shah. Dari keturunan 
baginda kedua inilah wujudnya dinasti 
pertama Kesultanan Pahang dari jurai
Kesultanan Melaka sehinggalah Sultan
yang terakhir iaitu Sultan Abdul Ghafur
Mohayuddin Syah, Setelah pada itu jurai
keturunan dari Sultan Abdul Ghafur ini
tiada lagi waris kerana anakanda Sultan
Abdul Ghafur iaitu Raja Muda Abdullah
yang tidak sempat berkahwin juga
telah dibunuh. Dinasti ini telah tamat di
negeri Pahang setelah selepas Sultan 
Abdul Ghafur Mohayuddin Syah serta
anakanda baginda, Raja Muda Abdullah 
telah dibunuh oleh seorang anggota 
keluarganya yang turut juga menerima hukuman yang sama pada tahun 1614.
Setelah itu tiada lagi kisah penceritaan
mengenai Keturunan dari galur mereka.
Makam keluarga diraja ini terdapat di
Makam Chondong, Padang Buluh,
Pekan, Pahang.

Jurai Keturunan Kesultanan Melaka
dari Pahang bersambung semula
(1926) :

Jurai dari Keturunan Kesultanan
Melaka telah bersambung semula
apabila Sultan Perak Ke-30 telah
mengkahwinkan anakandanya iaitu
Tengku Ampuan Fatimah dengan
Sultan Abu Bakar iaitu Sultan Pahang
Moden Ke-4 pada tahun 1926. Dan
4 tahun selepas itu memiliki seorang
cahaya mata iaitu anakandanya Sultan
Ahmad Shah (Sultan Pahang Moden 
Ke-5) iaitu Armarhum bapa kepada 
Agong Kita pada hari ini iaitu "Al-Sultan 
Abdullah Ria'yatuddin Al-Mustafa Billah 
Shah". Lalu berkembanglah semula
jurai Sultan Pahang Moden dari jurai
Keturunan Kesultanan Melaka pada
hari ini.

NEGERI JOHOR MULAI TERBENTUK
DARI JURAI KESULTANAN MELAKA
(1528)

Corak pemerintahan oleh Kesultanan
Melayu Islam di negeri Johor dari jurai 
Kesultanan Melayu Melaka telah wujud 
selepas terbentuknya Kerajaan Islam
di Melaka, negeri Johor ini ditubuhkan
pada tahun 1528 Masehi iaitu sezaman
dengan pembukaan negeri Perak pada
tahun yang sama 1528, ini kerana jurai
Kedua Kerajaan ini memiliki keturunan 
yang sama dari Sultan Melaka Ke-8
(Sultan Melaka Terakhir) iaitu Sultan 
Mahmud Shah.

Sebab-sebab Kerajaan Johor dari jurai
Kesultanan Melaka telah berakhir :

Cerita ini berlaku pada zaman Megat,
Megat Seri Rama (bergelar Laksamana
Bentan) yang telah pulang dari medan 
peperangan di Linggi atas perintah
sultan itu telah dikhabarkan tentang 
kematian tragis isteri kesayangannya. 
Bendahara Paduka Raja Tun Abdul
Jalil dengan pembesar istana lainnya 
bersepakat untuk menghapuskan raja. 
Menurut adat Melayu, seseorang raja 
boleh diturunkan dari takhta apabila
terbukti ia gila atau murtad. Mereka
bersepakat dalam musyawarah yang
telah diadakan secara tertutup untuk
membunuh raja.

Walau bagaimanapun, ada seorang 
pembesar bernama Orang kaya Seri
Bija Wangsa daripada suku orang laut 
menentang komplot itu kerana tidak
mahu menderhaka kepada raja. Bagi 
menjayakan rancangan dan menutup
rahsia misi yang penting itu, Seri Bija
Wangsa dibunuh orang dengan keris 
penyalang. Pembesar ini merupakan 
orang keutamaan suku Orang Laut
(orang Riau / Lingga) yang pernah
menjadi pembantu laksamana dalam 
perang Johor-Bugis di Linggi. Lalu
Orang-orang Laut sangat marah dan 
berdendam atas kematian pembesar
mereka itu. Manakala Megat Seri
Rama mengambil tugas berat untuk 
menderhaka dan ketika tepat waktunya 
sultan dijulang juak-juaknya ke masjid
untuk sembahyang Jumaat, Megat
Seri Rama pun membunuh Sultan
yang dianggap gila itu lantas tragedi
itu dikenali sebagai 'Sultan Mahmud 
Mangkat Dijulang'. Kononnya sebelum 
mati, baginda sempat menyumpah 
pembunuhnya dan mengharamkan 7
keturunan Megat Seri Rama daripada
menjejaki Johor lama itu.

Pada hari Jumaat, Ogos 1699, Sultan 
Mahmud Shah II mangkat dalam usia
24 tahun, dipercayai ditikam oleh
Megat Seri Rama. Akhirnya, baginda
lebih dikenali sebagai "Marhum
Mangkat Di Julang" atau "Marhum
Kota Tinggi". Baginda dimakamkan
di Kota Tinggi.

Jurai Keturunan Kesultanan Melaka
dari Johor bersambung semula
(1982) :

Jurai dari Keturunan Kesultanan
Melaka telah bersambung semula
apabila Sultan Perak Ke-33 iaitu
"Sultan Idris Shah ll (Anak Sultan
Perak Ke-30)" telah mengkahwinkan 
Puterinya iaitu "Raja Zarith Sofea"
dengan "Sultan Ibrahim ibni Almarhum 
Sultan Iskandar" yang merupakan
Sultan Johor ke-25, juga merupakan
Sultan Johor Moden Ke-5 dari jurai
Kerabat Temenggong. Perkahwinan
mereka memiliki 6 orang anak dan
salah seorangnya adalah Tungku
Mahkota Johor iaitu "Tungku Ismail"
pada tahun 1982. Lalu berkembanglah 
semula jurai Sultan Johor Moden dari 
jurai Keturunan Kesultanan Melaka
pada hari ini.

NEGERI SELANGOR MULAI TERBENTUK
DARI JURAI KESULTANAN MELAKA
(1875) (Selangor ditubuhkan 1766)

Sultan Selangor yang pertama (Raja 
Lumu) adalah dari keturunan Melayu
Bugis, yang mengaku keturunan dari
penguasa Luwu di bahagian selatan
Sulawesi. Putera Daeng Chelak, Raja 
Lumu tiba di Selangor menubuhkan 
kerajaan baru di Kuala Selangor di
tahun 1766. Ia dinobatkan oleh Sultan 
Perak sebagai Sultan Salehuddin Shah,
dan menjadi Sultan pertama di negeri
Selangor.

Tiada catatan keseluruhan mengenai
salasilah jurai Kesultanan Melaka dari
Kerajaan negeri Selangor ini, akan
tetapi boleh dibuktikan dari cacatan
hasil perkahwinan dari anak Sultan
Perak Ke-29 (Anak Sultan Perak Ke-28) 
iaitu Raja Pemaisuri "Che Yong Sapiah 
Muhammad Yunus" iaitu Isteri kepada 
"Tengku Badar Shah Ibni Al-Marhum 
Sultan Ala'uddin Suleiman Shah (Anak 
Raja Muda Musa Selangor Ke-5, tahun
1898-1938), dikahwinkan pada tahun 
1875 Masehi dan anakandanya yang
bernama Raja Embin Izma, ayahanda
kepada Raja Saidatul Ehsan. Lalu 
berkembanglah semula jurai moyang 
Sultan Perak Ke-28 dari Kesultanan
Melayu Melaka sehingga ke hari ini.

MITOS DAN LAGENDA PUTERI SANTUBONG DAN SEJINJANG


Puteri Santubong dan Puteri Sejinjang merupakan 2 puteri dari Kayangan. Ayahandanya raja Kayangan telah menurunkan titah agar kedua-dua puteri tersebut turun ke bumi untuk menyelesaikan pertelingkahan dua kampung. Namun sebelum mereka turun ke bumi, ayahandanya berpesan sekiranya terjadi pertelingkahan kedua-dua puteri maka mereka akan terkena sumpahan kayangan dan tinggallah mereka di bumi.

Pada asalnya kedua-dua puteri tersebut merupakan sepupu. Ketika turunnya kedua-dua puteri ke bumi. Penduduk kampung kehairanan melihat cahaya terang laksana mentari menyusuri di dua buah kampung.

 Kejelitaan dan sifat kewanitaan terserlah diraut wajah kedua-dua puteri.
Puteri Santubong menetap di sebuah kampung Pantai Biru dan mengajar menenun kain manakala Puteri Sejinjang di kampung Pasir Kuning mengajar mengasing sekam padi dengan aluk.

Dengan kemahiran ini kedua-dua kampung tersebut menjadi aman tanpa pertelingkahan. Selama ini pertelingkahan terjadi kerana sistem pertukaran barang antara kampung tidak setara dengan barangan yang dibawa.
Kemakmuran di kedua-dua kampung tidak berkekalan. Kehadiran Putera Serapi datang berkunjung untuk melihat kehebatan dan kejelitaan kedua-dua puteri. Mengetahui Putera Serapi hendak datang mengadap kedua-dua puteri berhias-hias untuk mengadap Putera Serapi.

Kedua-dua Puteri berasa sangat kagum dan tertawan dengan kekacakan Putera Serapi, yang sasa dan terserlah kewibawaannya, begitu juga Putera Serapi yang sudah terpikat dengan kejelitaan dan keayuan kedua-dua puteri tersebut.

Saban hari selepas pertemuan itu. Puteri Santubong dan Sejinjang bertemu hendak menyatakan hasrat hati masing-masing. Namun hasrat yang dinyatakan adalah sama iaitu, kedua-duanya mencintai Putera Serapi. Sejak itu mereka bermusuhan dan bercemburuan antara satu sama lain.

Dengan kesaktian kedua-dua puteri mereka bergaduh berhari-hari tanpa henti. Sejinjang mengatakan bahawa dia lebih cantik, manakala Santubong menyatakan dia lebih jelita. Dengan marahnya Sejinjang lalu mencapai aluk, lalu di hayun di pipi Puteri Santubong yang kini kita dapat lihat lengkuk di gunung.

Hanya kekuatan terakhir Santubong lalu menikam belida di kepala Sejinjang. Akhirnya kedua-dua puteri tersungkur kesakitan. Kemudian kilat sambung menyambung serta guruh berdentuman, lalu cahaya terang dari langit mengangkat kedua-dua puteri. Sumpahan kayangan terus menjadikan Puteri Santubong menjadi gunung manakala Sejinjang menjadi Pulau Kera yang berteraburan.

Putera Serapi pulang kesedihan terus menghilangkan diri di sebuah gunung yang kini dikenali sebagai Gunung Serapi.
Maka lahirlah lagenda Puteri Santubong dan Puteri Sejenjang yang kita dengar sehingga ke hari ini.

Puteri Santubong, Puteri Sejinjang,
Penjaga gunung Negeri Sarawak,
Manis sik ada dapat dilawan,
Anak dak Dewa turun kayangan.

Oh……

Santubong puteri bertenun kain malam,
Oh……
Sejinjang puteri menumbuk padi siang.
Satu hari nya dua kelahi,
Beranuk anuk sik renti-renti,
Seorang madah dirik bagus agik,

Seorang sik ngalah walau sampai ke mati.
Udah lejuk nya duak kelahi,
Lalu bertukuk nya duak puteri,
Sejinjang mengayun aluk ke pipi,
Tebik Santubong sampai gituk ari

Jumaat, 26 Mac 2021

NOSTALGIA ROTI.CANAI ARWAH POK GEMBOR MG TELIPOT

 Pok Gembor @ Yahya adalah nama yang tersohor suatu masa zaman dahulu yang amat sinonim dengan 'Roti Canai' dan kantin sekolah.

2. Sebut saja Roti Canai Gembor pasti terbayang keenakannya, ranggup serta kuah karinya yang tersendiri..tiada pengaruh 'mamak' tetapi ada kejatiannya.
.
3. Menurut cucunya, Zuber sebenarnya tokki dia memulakan perniagaan roti canai di Kuala Pahang awal tahun 1960an, selepas menjadi nelayan di sana.

4. Selepas itu pulang semula ke Mengabang Telipot membuka kedai roti canai di pantai Kolam, kemudian berpindah ke Wakaf Tengah. Dulu jarang orang berniaga roti canai kerana sukar membuatnya, terutama uli.& tebar.

 Apa keistimewaannya roti canai arwah Gembor, Zubir berkata antara lainnya ialah cara adunan yang lembut serta kuah kari ikan selayang yang ditumbuk hancur ..begitu juga bawang ditumbuk dalam lesung batu, bukan pakai 'blander'.

5. Orang ramai pelanggan , khususnya orang kampung boleh bawa telor ayam sendiri untuk dimasukkan ke dalam roti canai tanpa apa apa bayaran tambahan..bayar harga roti kosong sahaja.

6. Paling melucukan ada juga yang bawa telor kotor masih ada tahi ayam di kulit, terpaksa dibasuh..dan kata Zubir kisah yang bawa telor 'temelang'juga amat mencuit hati...lalu kami ketawa bersama sama waktu bercerita tentangnya...siapa? Biarlah ia menjadi rahsia!
7. Sekitar 1970an juga Gembor mendapat tempat untuk menjual di kantin Sek Keb Mg Telipot, masa itu kantin hanyalah bangunan kayu kecil sahaja. Banyak makanan makanan dan minuman yang harga antara 5 sen dan 10 sahaja..teh o 5 sen, cokelat nisan 5 sen..roti canai dah lupa berapa sen.

 8. Pernah suatu ketika murid murid pakai kupon dari pihak sekolah untuk membeli di kantin.

9. Legasi roti canai diteruskan oleh anaknya bernama Zali Gembor (dah arwah) di Wakaf Tengah ...selepas Gembor meninggal 1978.
 Kemudian Zubir Gembor (anak Zali) juga ada meneruskan seketika di gerai MBKT di Taman Perumahan Wakaf Tengah.

 Anak anak Gembor ialah arwah Zali, arwah Ya, Rosid.. ...arwah mekyah..Leha..Zaharah.Abdullah (Najil@ Nazir) dan Zila kembor dengan Da. Emak mereka iaitu  isteri Pok Gembor ialah Mokteh Amoh..

Nazir@ Abdullah sebaya Lanbayu (kawan sekolah) kini berada di Miri Sarawak bertugas sebagaia anggota polis

 10. Apapun kini anak Gembor bernama Rashid (bekas tentera) meneruskan legenda roti canai resepi gembor dekat klinik di Wakaf Tengah.

 Sesiapa yang kepingin  roti canai gembor legend...bolehlah cuba roti canai berkenaan.
 Menurut Zubir gelaran Gembor itu ialah kerana tokkinya berbadan gempal..orang kampung panggil 'gembor'.

 12. Wallahualam. Semoga arwah Gembor (Yahya) , arwah Zali, dll yang telah pulang kerahmatullah dalam rahmatNya jua.

Rabu, 24 Mac 2021

Awang Gagoh @ Tarzan


Awang Gagoh @ Tarzan?..Insan dari Mengabang Telipot dikurniakan Allah kebolehan luarbiasa!

Lanbayu hari ini mencoretkan sesuatu yang pernah dicoretkan beberapa tahun lalu tentang seorang insan dari Mg Telipot yang luarbiasa ini.

Dia mempunyai kekuatan dan kehebatan yang agak luar biasa. Dia mampu menebang pokok dengan kemahiran tertentu walaupun menggunakan kaedah lama (tradisional), terutama bagi pokok tinggi yang berhampiran rumah.

Awang Dagang, namanya. Berasal dari Mengabang Telipot Kuala Terengganu, lebih dikenali sebagai ‘Awang Gagoh” atau “Tarzan” dan ada juga generasi muda memanggilnya sebagai “Pok Long”.

Menurut seorang penduduk kampung , Mokhtar Ishak, Awang bolehlah dianggap sebagai ‘pakar penebang pokok’ dengan menggunakan kaedah manual atau cara lama.
Beliau akan memanjat pokok itu bersama kapak atau gergaji  dan mencantas batang dan dahan pokok sedikit demi sedikit agar tidak menimpa rumah atau apa apa yang berdekatan pokok berkenaan.

Masyarakat sekitar Mengabang Telipot dan Batu Rakit ramai yang mengenali Awang dan mengetahui kepakaran yang dimilikinya, malah ramai juga yang telah mendapat khidmatnya dengan bayaran yang agak murah dengan kerja kerja berisiko itu.

Difahamkan Awang menjalankan kerja itu seawal usia 20 an lagi di tahun-tahun 1980 an.Kini usianya sudah menjangkau 60an..tetapi masih berkeupayaan dengan izin Allah.

Namanya begitu tersohor berikutan keberaniannya memanjat pokok yang tinggi seperti pokok kelapa sambil memotongnya hingga mencecah bumi tanpa menimpa bangunan yang bersebelahan pokok berkenaan.

Awang juga dikatakan mempunyai kemahiran untuk mengalih atau menggerakkan rumah secara tradisional dari tapak asal ke tapak baru tanpa perlu merombak rumah berkenaan. 
Lanbayu sedang menjejaki kembali ' Awang Gagah' ini.

Difahamkan sudah pindah ke Jalan Batu Rakit, area Mg Telong/Kg Tanjung Bt Rakit. 

Dimaklumkan masih aktif melakukan kerja demikian dibantu oleh seorang cucunya. InsyaAllah Lanbayu akan menemui 'Awang Gagoh' untuk mendapatkan kisah lanjut mengenai dirinya yang dikatakan luar biasa itu serta asal usulnya anak Mengabang Telipot ini.

Wallahualam...

Jom petang atau Lanbayu 1 Steambot& ikan Bakar, bbq & masakan panas (Pulau Duyong) &  Lanbayu 2 Westernfood (Jalan Gong Badak- Tok Jembal Golf Cafe  Hadami Resthouse)..menikmati selera sambil bertemu dan berbicara dengan lanbayu. Nak datang wsap dulu sepatah 013 581 1561

Marilah bersama kita mendoakan agar “ Awang Gagoh’ terus diberi kekuatan tenaga fizikal dan mental demi mencari rezeki dan sesuap nasi buat keluarganya.
Sesuatu hadiah dan penghargaan barangkali perlu difikirkan untuk diberi kepada insan berhati mulia dan bertenaga dan berkemahiran luar biasa ini.
 Gambar: ehsan Mokhtar Ishak Tg Gelam.

Salam hormat dari Lanbayu buat pembaca coretan Lanbayu di GAMT ini...pastikan semua ikut SOP bila ke mana mana.. semoga dihindari dari sebarang gejala yang tidak diingini.

KESULTANAN JOHOR 1511-1824.


Negeri2 dan jajahan takluk Johor

Dari sebuah empayar yang luas, menguasai pulau-pulau sekitar Lingga, Batam dan Bintan (sekarang Provinsi Kepulauan Riau), menakluk Singapura dan separuh Semenanjung sampai kepulauan Natuna (sekarang termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau), meluaskan pemerintahan ke sebahagian kecil timur Sumatera, pernah menakluk Jambi (sekarang Provinsi Jambi) dan Aru (sekarang di Sumatera Utara), Johor kini hanya tinggal 10 buah daerah merangkumi Johor Bahru, Kulai, Pontian, Kluang, Kota Tinggi, Batu Pahat, Muar, Mersing, Segamat dan Ledang yang semuanya terletak di selatan tanah besar Semenanjung, kini berada dalam wilayah Malaysia.

Perhatikan, dari sekian banyak sultan yang memerintah, sebahagian besarnya mangkat dan dimakamkan di kawasan-kawasan yang kini berada dalam wilayah Indonesia.

Usaha-usaha untuk menjejak kembali kegemilangan dan kebesaran kerajaan Kesultanan Melayu Johor masih dilakukan, baik oleh kalangan kerabat mahupun kalangan peminat sejarah sendiri. Saya pernah terbaca dalam satu artikel yang menyebut bahawa, bahan-bahan sejarah kebesaran kerajaan Johor masih banyak belum dibongkar. Sayang sekali usaha mendapatkannya bukanlah satu tugas yang mudah kerana kawasan yang dulunya bersatu, kini terpisah ke menjadi tiga buah negara merdeka.

Di bawah ini saya senaraikan nama-nama Sultan dan Yang diPertuan bagi Negeri dan Jajahan Takluk Johor dari 1511 hingga 1824.

1. Sultan Mahmud Shah I (1511-1528)
Merupakan Sultan Melaka yang terakhir. Baginda meninggalkan Melaka setelah diserang Portugis lalu melarikan diri ke Pagoh, ke Pahang, dan Kepulauan Riau sebelum ke Kampar (sekarang dalam Provinsi Riau di daratan Sumatera, INDONESIA). Baginda mangkat di Kampar dikenali ssebagai "Marhum Kampar".

2. Sultan Alauddin Riayat Shah II (1528-1564)
Menggantikan ayahandanya sebagai Sultan Johor ke-2 adalah Sultan Alauddin Riayat Shah. Baginda membuka Pekan Tua / Kota Kara (sekarang termasuk dalam daerah Kota Tinggi, Johor) pada 1529. Johor mengumpul kekuatan dan menyerang Portugis di Melaka pada 1535 dan 1539 sebelum berdamai. Pada tahun 1540, Baginda membuka Johor Lama (sekarang dalam daerah Kota Tinggi) dan memindahkan pusat pemerintahan ke sana. Pada tahun 1564, Johor terlibat dalam peperangan mempertahankan Aru (sekarang dalam Provinsi Sumatera Utara, INDONESIA) dari ditawan kerajaan Acheh (sekarang Provinsi Acheh, INDONESIA). Sayangnya Johor kalah, Aru jatuh ke tangan Acheh dan Johor Lama turut musnah dibedil . Sultan Alauddin Riayat Shah II ditangkap, dibawa dan dibunuh di Acheh. Baginda digelar “Marhum Syahid di Acheh”.

3. Sultan Muzaffar Shah II (1564-1570)
Pusat pemerintahan berpindah ke Seluyut (dalam daerah Kota Tinggi sekarang) pada tahun 1565. Dendam kekalahan kepada Acheh diteruskan dengan menjalin kerjasama dengan Portugis. Pada tahun 1568, baginda menghantar tentera membantu Portugis sekaligus mengundang kemarahan Acheh. Pada tahun 1570, baginda mangkat di Seluyut disebut "Marhum Mangkat di Seluyut".

4. Sultan Abd. Jalil Shah I (1570 - 1571)
Sultan Abdul Jalil Shah I adalah anak kepada Sultan Muzaffar Shah II. Baginda ditabalkan sebagai Sultan ketika berusia 8 tahun melalui wasiat. Sultan Abdul Jalil Shah I mangkat tiba-tiba dipercayai mungkin diracun Bendahara Tun Isap Misai (pembesar sultan). Baginda dimakamkan di Seluyut.

5. Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II (1570 / 71-1597)
Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II berasal dari Pahang, suami kepada Raja Fatimah (adik Sultan Muzaffar Shah II, bapa kepada Sultan Abdul Jalil Shah I). Tun Seri Lanang dilantik sebagai Bendahara. Pada tahun 1571 Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II berpindah ke Tanah Putih (sekarang dalam daerah Kota Tinggi) selama dua tahun. Pada tahun 1573, pemerintahan Johor berpindah sekali lagi ke Johor Lama. Waktu itu Johor mengambil sikap bersahabat dengan Acheh untuk bergabung melawan Portugis. Pada tahun 1576 dan 1578 Portugis menyerang Johor Lama tetapi gagal. Januari 1573, Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II menyerang Portugis dan hampir dapat menawan semula Melaka. Pada tahun 21 Julai 1587, angkatan Portugis yang diketuai Antonio de Noronha ke membedil Johor Lama dan merampas harta. Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II berundur ke Batu Sawar (sekarang dalam daerah Kota Tinggi) pada tahun 1587. Pada tahun 1589, Batu Sawar diserang dan Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II melarikan diri. Apabila Portugis balik ke Melaka, Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah datang semula ke Batu Sawar memulihkan semula kekuatan. Pada tahun 1596, Raja Fatimah mangkat, dan dikebumikan di Seluyut bersebelahan anaknya Sultan Abdul Jalil Shah I dan abangnya Sultan Muzaffar Shah II. Pada tahun 1597, Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II mangkat di Batu Sawar dan disebut "Marhum Batu Sawar".

6. Sultan Alauddin Riayat Shah III (1597-1615)
Sultan Alauddin Riayat Shah III (anakanda Sultan Ali Jalla Abdul Jalil) bersemayam di Batu Sawar. baginda mengadakan hubungan baik dengan Belanda serta membenarkan Belanda meletakkan pegawainya di Batu Sawar. Pada tahun 1608 Sultan Alauddin Riayat Shah III berpindah ke Pasir Raja, tetapi Batu Sawar masih berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Pada tahun 1610, Sultan Alauddin Riayat Shah III berbaik dengan Portugis. Hubungan baik Johor – Belanda - Portugis telah menimbulkan kemarahan Acheh yang sebelum ini pernah menjalinkan kerjasama dengan Johor. Pada Jun 1613, Acheh menyerang Johor. Perang Acheh-Johor berlarutan selama dua bulan namun Johor tewas. Sultan Alauddin Riayat Shah III, Raja Abdullah, Tun Seri Lanang, para pembesar dan puluh orang Belanda ditawan serta dibawa ke Acheh. Kemudian kedua-dua belah pihak membuat perdamaian. Sultan Alauddin Riayat Shah III bersama tahanan dibenarkan pulang ke Johor. Ketika di Johor, Sultan Alauddin Riayat Shah III meneruskan kembali hubungan dengan Portugis dan Belanda, tindakan ini sekali lagi menimbulkan kemarahan Acheh lalu Sultan Alauddin Riayat Shah III ditangkap dan dibawa ke Acheh. Pada 1615, Sultan Alauddin Riayat Shah III dihukum bunuh dan mangkat di Acheh.

7. Sultan Abdullah Ma'ayat Shah (1615-1623)
Sultan Acheh seterusnya melantik Sultan Abdullah Ma'ayat Shah sebagai Sultan Johor ke-7 yang bersemayam di Batu Sawar. Pada tahun 1618, Baginda memindahkan peperintahan ke Daik, Lingga. Ketika ini, Johor sekali lagi tidak mahu tunduk kepada Acheh dengan meminta bantuan Belanda. Pada tahun 1623, Acheh menyerang Pulau Lingga untuk memburu Sultan Abdullah Ma’ayat Shah dan Raja Bujang (anak Sultan Alauddin Riayat Shah III). Sultan dan Raja Bujang bersama-sama melarikan diri ke Pulau Tambelan (sebuah pulau tak jauh dari Kalimantan Barat tapi termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau, INDONESIA). Baginda mangkat di Pulau Tambelan dan disebut "Marhum Pulau Tambelan".

8. Sultan Abdul Jalil Shah III / Raja Bujang (1623-1677)
Sultan Abdul Jalil Shah III merupakan anak saudara Marhum Pulau Tambelan, putera Sultan Alauddin Riayat Shah III. Baginda diangkat menjadi Sultan Johor ke-8 yang memerintah dari Pulau Tambelan. Pada tahun 1629, ancaman dari Kerajaan Acheh berkurangan setelah Acheh kalah diserang Portugis. Kekalahan itu menyebabkan Acheh hilang kuasa ke atas Pahang. Pahang kemudiannya menjadi jajahan takluk Kerajaan Johor yang baharu. Pada 14 Januari 1640, pakatan Johor-Belanda berjaya menghalau keluar Portugis dari Melaka. Malangnya kekuasan ke atas Melaka tidak jatuh ke tangan Johor Melaka sebaliknya menjadi negeri jajahan Belanda secara rasmi pada 1641. Sultan Abdul Jalil Shah III seterusnya memindahkan pusat pemerintahan Johor dari Pulau Tambelan ke Makam Tauhid (sekarang dalam daerah Kota Tinggi) sebelum berpindah semula ke Batu Sawar pada bulan Oktober 1642. Pada tahun 1673, Johor berperangan dengan Jambi (sekarang Provinsi Jambi) yang mahu memerdekakan diri. Akibat peprangan itu, Sultan Johor melarikan diri ke Pahang dan bersemayam di Pahang selama empat tahun dan mangkat di Kuala Pahang. Baginda juga dikenali sebagai 'Marhum Mangkat di Pahang @ Marhum Besar".

9. Sultan Ibrahim Shah (1677-1685)
Sultan Ibrahim Shah, anak kepada Marhum Mangkat di Pahang dilantik sebagai Sultan Johor yang ke-9 pada tahun 1677. Pada tahun 1678, Sultan Ibrahim Shah keluar dari Pahang dan cuba membangun semula Johor Lama tetapi gagal. Pemerintahan Johor akhirnya dipindahkan ke Pulau Riau (sekarang Pulau Bintan, dalam Provinsi Kepulauan Riau, INDONESIA). Pada tahun 1685, Sultan Ibrahim Shah mangkat di Pulau Riau dan disebut 'Marhum Bongsu".

10. Sultan Mahmud Shah II / Sultan Mahmud Mangkat Di Julang (1685-1699)
Sultan Mahmud Shah II ditabalkan menjadi sultan ketika berumur 10 tahun. Pusat pemerintahan berpindah lagi dari Pulau Riau ke petempatan baharu yang dibina di suatu tebing tinggi di Sungai Johor yang kemudian dinamakan Kota Tinggi. Kerana usia baginda yang masih kecil, urusan pentadbiran dijalankan oleh Bendahara. Sultan Mahmud Shah II dikatakan seorang sultan yang zalim. Pada tahun 1699, Sultan Mahmud Shah II mangkat dalam usia 24 tahun, dipercayai ditikam oleh Megat Seri Rama (Laksamana Bentan), seorang laksamana Kerajaan Johor yang berasal dari Bentan, (sekarang Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, INDONESIA). Baginda dibunuh di atas julang dalam perjalanan ke masjid untuk bersembahyang Jumaat dan disebut "Marhum Mangkat Di Julang" atau "Marhum Kota Tinggi".

11. Sultan Abdul Jalil IV / Bendahara Paduka Raja Tun Abdul Jalil (1699-1720)
Bendahara paduka Tun Abdul Jalil ditabalkan sebagai Sultan Johor ke-11 kerana Sultan Mahmud Shah II tidak meninggalkan waris. Baginda digelar Sultan Abdul Jalil IV, sultan pertama dari keturunan Bendahara. Selepas bergelar Sultan, baginda memindahkan pusat pemerintahan ke Panchor (sekarang dalam daerah Kota Tinggi) pada tahun 1700. Pada tahun 1708, Sultan Abdul Jalil IV memindahkan pusat pemerintahan Johor sekali lagi ke Pulau Riau dan kembali lagi ke Panchor 1716. Pada tahun 1717, Raja Kecil dari Siak (sekarang dalam Provinsi Riau) menyerang Johor demi menuntut tahta kerajaan dengan mengaku baginda adalah anak Sultan Mahmud Mangkat Di Julang. Raja Siak akhirnya berjaya merebut tahta pemerintahan dengan bantuan para pembesar Johor yang percaya baginda adalah waris Sultan Mahmud yang sah. Pada tahun 1719, cubaan merampas semula tahta Johor dilakukan oleh Sultan Abdul Jalil IV dan anaknya Raja Sulaiman malangnya tidak berjaya. Sultan Abdul Jalil IV akhirnya melarikan diri hingga akhirnya dibunuh di Kuala Pahang dan disebut "Marhum Mangkat di Kuala Pahang".

12. Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah / Raja Kecil / Yang Dipertuan Johor ( 1718-1722)
Pada 21 Mac 1718, Raja Kecil berjaya menawan Panchor dan melantik dirinya sendiri sebagai Yang Dipertuan Johor dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah. Selepas menaiki tahta, Raja Kecil telah memindahkan pusat pentadbiran Johor sekali lagi ke Pulau Riau. Ketika itu, Raja Sulaiman, anak kepada Sultan Abdul Jalil IV dibawa ke Riau tetapi Raja Sulaiman tidak mahu tunduk kepada Raja Kecil. Raja Sulaiman akhirnya berpakat dengan Bugis Lima Bersaudara dan berjaya menghalau Raja Kecil balik ke Siak.

13. Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah / Raja Sulaiman / Yang Dipertuan Besar (1722-1760)
Raja Sulaiman ditabalkan sebagai Yang Dipertuan Besar oleh Bugis 5 Saudara dengan gelaran Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah. Baginda mengekalkan pusat pemerintahan di Riau (lokasi tepatnya di Tanjung Pinang, Bintan, Kepulauan Riau, INDONESIA). Dengan pemasyuran ini, tahta Kesultanan Johor jatuh semula ke tangan keturunan Bendahara. Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah kemudiannya melantik Daing Merewah (Kelana Jaya Putera) sebagai Yamtuan Muda Johor-Riau pertama di bawah naungan Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah. Seterusnya baginda menjalinkan hubungan dengan Belanda melalui Perjanjian 1754 & 1756 yang antara lain isinya memberi hak kepada Belanda memonopoli perdagangan timah di Linggi (sekarang dalam Negeri Sembilan), Kelang & Kuala Selangor (sekarang dalam Negeri Selangor). Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah mangkat di Riau pada Ogos 1760 disebut "Marhum Batangan".

14. Sultan Abdul Jalil Muazzam Shah (1760-1761)
Sultan Abdul Jalil Muazzam Shah di Kuala Selangor dilantik sebagai sultan Johor ke-14 menggantikan ayahandanya. Bagaimanapun, pemerintahan Baginda tidak lama, lima bulan selepas kemangkatan ayahandanya, Baginda mangkat serta-merta dipercayai diracun. Baginda mangkat di Kuala Selangor dan dimakamkan di Riau, berhampiran makam ayahandanya.

-----------------------------------------------------------------

INI ADALAH MAKLUMAT MENGENAI RAJA AHMAD AL LINGGI

15. Sultan Ahmad Riayat Shah (1761)

Sultan Ahmad Riayat Shah dilantik menggantikan ayahandanya ketika berusia sembilan tahun. Baginda bersemayam di Kampung Bulang, Riau (sekarang di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, INDONESIA). Memandangkan usianya yang masih muda, kuasa pemerintahan Kerajaan Johor dipegang oleh Yamtuan Muda Daeng Kemboja (Yamtuan Muda ke-3). Sultan Ahmad Riayat Shah mangkat di Riau dalam usia yang muda dipercayai diracun dan disebut "Marhum Tengah".

-----------------------------------------------------------------------

16. Sultan Mahmud Shah III (1761-1812)
Selepas kemangkatan Sultan Ahmad Riayat Shah, Sultan Mahmud Shah anak kepada Sultan Abdul Jalil (Sultan Johor ke-12) ditabalkan menjadi Sultan Johor ke-16 dengan gelaran Sultan Mahmud Shah III. Ketika itu, baginda memindahkan pusat pemerintahan ke Daik, Lingga (sekarang dalam Provinsi Kepulauan Riau, INDONESIA) Ketika itu juga, pentadbiran kerajaan berpecah menjadi empat entiti iaitu Temenggung mentadbir Johor (dan Singapura), Yamtuan Muda di Riau, Bendahara di Pahang dan baginda sendiri sebagai Sultan memerintah di Lingga. Inilah permulaan istilah kerajaan Johor – Riau – Lingga dan Pahang yang dipakai sampai ke hari ini bagi merujuk sejarah Kesultanan Melayu yang muncul selepas Melaka - sebuah pemerintahan beraja yang terbentuk melalui gabungan 4 entiti berbeza di dalamnya. Sultan Mahmud Shah III mangkat di Lingga pada tahun 1812 tanpa menamakan pewaris.

17. Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah (1812-1819)
Mengikut adat raja-raja Melayu, anak sulung biasanya dinamakan sebagai pengganti sesudah sultan terdahulu mangkat. Malangnya adat ini diketepikan dalam perlantikan Sultan Johor yang ke 17. Selepas kemangkatan Sultan Mahmud Shah III, Yamtuan Muda melantik Tengku Abdul Rahman sebagai sultan mengetepikan kekandanya Tengku Hussin. Perlantikan Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah ini turut disokong kuat oleh Belanda untuk memudahkan mereka mendapat kuasa mentadbir pelabuhan seluruh negeri Johor kecuali Riau dan Lingga. Bagaimanapun, kekuasan baginda ke atas Kerajaan Johor tidak lama dengan kehadiran British, kuasa terbaharu yang hadir di kepulauan Melayu.

18. Sultan Hussain Shah / Tengku Husin / Tengku Long / (1819-1835)
Campurtangan British memberi peluang kepada Tengku Husin menjadi Sultan Johor ke-18. Baginda memindahkan pusat pemerintahan dari Lingga ke Singapura. Sayangnya, sebelum sempat tiba di Singapura, British melalui wakilnya, Raffles telah lebih dahulu menjalinkan hubungan dengan Temenggung untuk mendapatkan kebenaran membina loji dan meletakkan satu kompeni askarnya di Singapura. Permainan Inggeris dan Belanda menjadi satu sejarah buruk dalam kerajaan Johor. Kedua-dua Sultan Abdul Rahman dan Sultan Hussain yang menjadi Sultan Johor ke-17 dan 18 diperlakukan tak ubah bagai boneka mainan kedua-dua kuasa kafir tersebut. Kemuncaknya, pada 18 Mac 1824 telah termeterai satu perjanjian antara Inggeris dengan Belanda. Satu perjanjian yang membawa kepada kemusnahan salah satu Kerajaan Melayu selama lebih 300 tahun.

Perpecahan Kerajaan Johor ini menandakan musnahnya salah sebuah empayar Melayu yang hebat selain Acheh dan Patani yang pernah muncul selepas kejatuhan Melaka. Sejak perjanjian itu, Johor kehilangan kuasa ke atas Riau dan Lingga selain kehilangan Pahang yang mengistiharkan merdeka. Johor turut kehilangan Singapura setelah berlaku satu lagi perjanjian dengan Inggeris pada 2 Ogos 1824. Perjanjian itu antara lain menyerahkan kedaulatan Singapura dan pulau-pulau sekitarnya kepada Inggeris.

Sumber Rajaahmad.blogspot.

NOSTALGIA MG TELIPOT - KE PUSAT BANDAR KUALA TERENGGANU


Pagi tadi Lanbayu minum pagi di sebuah kedai lama, di Seberang Takir hujung dekat pengkalan bot penambang. Bangunan kayu beratap bata lama...
2. Sebenarnya di kawasan ini tempat bersejarah penuh kenangan bagi kami orang Mengabang Telipot sekitar 1970an dan 1980an, kerana kami selalu naik bas (dikenali bas Company) dan pemandu yang paling sinonim ialah bernama Tokor (Cina Mengabang Telipot)
 Dari sini selepas turun dari bas kami akan menaiki bot penambang pula untuk ke pusat bandar Kuala Terengganu, khususnya Pengkalan penambang Pasar Kedai Payang di sebelah seberang sana.
 Kalau bot penambang penuh (ramai orang) kami rehat dulu di bawah pokok bidara. Pokok bidara tu masih ada..selalu kambing berkeliaran makan daun bidara itu..tapi jangan alpa, barang barang kita pun dia makan jugak, hatta kertas sekalipun (itu cerita benar bukan rekaan).
3. Keseronokan naik bas henti henti merah kuning itu tetap.menjadi kenangan ramai dari kalangan generasi seangkatan kami. Nak turun awal awal dah 'standby' nak tekan loceng supaya pemandu, khususnya Tokor berhenti pada tepat yang kita mahu..silap silap acap kali tekan loceng, Tokor marah, dia akan tekan brek hingga kita boleh terhoyong hayang dalam bas...sekadar kenangan kisah lucu...Tokor pun dah jadi mendiang.
  Pergi ke bandar kadang kadang beli buku kedai Abdullah Al Yunani..lepak lepak stesen bas..ada juga yang tengok wayang gambar atau menonton bola.di stadium...atau berpeleser di Kuala Terengganu Supermarket ..ada satu je peringkat awal..selepas itu adalah tambah Bumi Supermarket..ada yang minat jurujual comel.molek,.bercinta dan.akhirnya ke jinjang pelamin pun daa...kini dah bercucu daaa
Yang berduit beli kedai Bian..
makan rojak ceranang atau kerpok rebus kedai Mek Awang dsb..atau ke Taman Selera Tanjung , Restoran Norhayati (rojak ayam.sedap)...lepas.tu ada Restoran bamboo room bawa teman (kekasih)...Zainuddin Tomyam..itu satu satu kedai Tonyam zaman dulu..atau mee sup orang Kemboja..sekarang wanita kemboja tu masih ada jual di pasar Payang baru.

 Biasa memakan masa sejam juga bas dari Mg Telipot ke Pengakalan Bot Penambang S Takir. Kereta teksi pun banyak tapi kita mampu naik bas aja..sesekali naik kereta sapu kalau tertinggal bas.
 Bayangkan emak Lanbayu kata zaman dia remaja dulu (tahun 40an/50an) hanya berjalan kaki melalui pantai dari Mg Telipot ke Seberang Takir kalau hendak ke bandar K.Terengganu. Selepas ini naik perahu , Seberang sungai ke pasar Kedai Payang..belum ada bot berinjin lagi..
  Selepas akhir
 1960an barulah ada bot penambang (berinjin)..injin Yammar... macam bot nelayan..bunyinya bagai menghiburkan penumpang...

 4. Bot penambang dulu dulu banyak hampir 100 buah sebab ramai penumpang..bot berhimpit-himpit/bersesakan. Pernah kawan sekolah Lanbayu masa sekolah rendah awal 1970an..arwah Mansor Awang (Kg Banggol Mg Telipot) tersepit jari kerana letak tangan di luar bot penambang apabila bergesel dengan bot lain;. kadang kadang sudah bergerak ke depan undur balik..ambil penumpang...dulu dululah..
5. Ada juga alternatif lain untuk ke bandar melalui jalan atas (Manir) tapi tambangnya lebih mahal, tak silap 60 sen sehala..kalau ikut Seberang Takir hanya 20 sen sehala, naik bot penambang 10 atau 20 sen sahaja.
 Jambatan Manir siap dibina tahun 1965 merentasi Sungai Terengganu, Manir- Pulau Rusa. Sebelumnya orang sebelah Manir dan sekitarnya naik bot penambang juga ke pusat bandar Kuala Terengganu.
 Sebelum 1965  bagi orang sebelah Utara Kuala Terengganu..jalanraya hanya sampai ke Bukit Datu..di Bukit Datu ada bot penambang dan feri ke.Losong. Jadi kenderaan dari Besut dan Kelantan hendak ke selatan terpaksa melalui feri Bukit Datu - Losong. Lanbayu tak sempat merasainya, tetapi sedikit sebanyak tahu akan sejarahnya.
 Katanya, Pengkalan Losong Feri (Selatan) dan Pengkalan Bukit Datu (Utara) amat meriah zaman dulu.

(Jom singgah di Lanbayu Seafood, Stemboat & Westernfood ...murah murah aja..wsap Lanbayu 013 581 1561)
 6. Dulu tidak ramai yang mampu memiliki kereta, motosikal juga dikira mewah dah. Kebanyakan naik basikal. Pernah ada pelajar zaman dahulu yang bersekolah di bandar menaiki basikal dari Mengabang Telipot. Sama ada melalui Manir, Seberang Takir atau Bukit Datu.
 Tetapi ramai juga yang berjaya dalam hidup dan kerjaya.
 7. Era 1990 bermulalah perhubungan baru Utara - Selatan Kuala Terengganu, bila siap dan wujudnya jambatan Sultan Mahmud atau Jambatan Pulau Duyong.

Dari Utara (seperti Batu Rakit, Maras dsb) untuk ke bandar sudah tidak terasa jauh lagi..segalanya amat mudah.

8. Kini jambatan  Telok Pasu- Pulau Sekati Sekati terus ke Losong dan Paloh, Jambatan Angkat (drawbridge)  S Takir terus hubungkan pusat bandar.. seperti sudah tiada pemisah lagi...dalam masa hanya beberapa minit dengan kereta atau motosikal sendiri sampai ke bandar.   Kampung kita sudah menjadi sebahagian dari bandar kini.

9. Biarpun bot penambang sudah kian hilang penumpang...namun kenangan tetap hidup.

 10. Bersyukur kepada Allah atas segala kesenangan dan kemudahan..dan hargailah!

 12. Nyatakanlah, ceritakanlah kenangan anda, ayah emak atau abang/kakak kalian tentang kisah yang Lanbayu coretkan kali ini.
   Atau jom jumpa dan.kenali Lanbayu cerita.ceritakan..di Lanbayu 1  di pulau Duyong..steamboat RM35 untuk 3- 4 orang makan...bbq atas meja..aneka celup tepung , ikan bakar dsb.
 atau:   di Lanbayu 2 Jalan Tok Jembal Golf..Cafee Hadami Resthouse..nikmati ciken cop Rm5...masakan ala hotel..harga taraf warong..chef Puteri AnisGanu Ruslan..lulusan kulinari Kolej SM.

Mat Kilau (1847-1970)


Keberanian sebagai pahlawan terbilang sentiasa diingati hingga ke hari ini. Mat Kilau dikenali sebagai seorang pejuang yang tidak gentar menentang penjajah di Pahang. Beliau turut sama membantu pejuang-pejuang di Kelantan dan Terengganu dalam usaha membebaskan negeri itu dari cengkaman penjajah. Tokoh perwira Melayu yang berasal dari Mukim Pulau Tawar, Jerantut Pahang ini bangkit untuk menentang penjajah British pada penghujung abad ke-19 hingga menjadi buruan kemudian menghilangkan diri dan muncul semula pada tahun 1970 ketika usia 122 tahun. 

Jiwa perjuangannya tidak pernah luntur terutama memikirkan bagaimana kuasa asing yang jauh boleh datang menguasai negeri. Ketika peperangan Semantan meletus, beberapa Pembesar Pahang ditangkap dan dihukum, walaubagaimanapun, Mat Kilau terselamat bersama rakan-rakannya dan berundur ke Hulu Kelantan untuk mendapatkan pelindungan. Kemudian, beliau ke Kuala Berang, Hulu Terengganu kerana mendapat sokongan daripada ulama Terengganu yang terkenal iaitu Tokku Paloh dan Hj Abdul Rahman Limbong. Di sana, Mat Kilau belajar ilmu agama daripada Tokku Paloh.

Mat Kilau sangat mahir dengan gerak geri silat Melayu dan jalan denai di hutan yang bersempadan antara tiga negeri iaitu Pahang, Terengganu dan Kelantan. Malahan jalan denai yang dirintis Mat Kilau menjadi laluan pencari kayu gaharu hingga ke hari ini. Beliau memang bijak dan mahir selok-belok hutan, malahan mempunyai ilmu firasat yang cukup tinggi.

 Antara jalan denai yang dilalui Mat Kilau ialah dari Kampung Bantal di Jerantut ke Kampung Pasir Raja di Dungun, laluan dari Jerantut ke Pasir Nering, Hulu Terengganu dan laluan dari Jerantut ke Gua Musang, Kelantan. Bagaimanapun, laluan yang kerap digunakan Mat Kilau dan pengikutnya bagi mengelak diri daripada British adalah laluan antara Kampung Bantal ke Kampung Pasir Raja. Penentangan Mat Kilau yang berterusan terhadap British menyebabkan beliau menjadi orang buruan yang paling dikehendaki dan dilabel sebagai penderhaka. Pada 14 Jun 1894, beliau bersama pahlawan Melayu Pahang yang lain seperti Tok Gajah, Dato' Bahaman, Awang Nong, Teh Ibrahim, Mat Kelubi dan Mat Lela berjaya menawan kubu Inggeris di Jeram Ampai.

Pada Oktober 1895, laporan akhbar Inggeris, The Free Press yang diterbitkan di Singapura, menyatakan bahawa Mat Kilau yang melawan ketika ditangkap cedera pada muka dan kepala. Kecederaannya dilaporkan parah dan dia mati dalam perjalanan ke hilir Kota Bahru disebabkan kehilangan darah yang banyak. Dengan tersiarnya berita kematian Mat Kilau oleh akhbar The Free Press keluaran 22 Oktober 1895, maka tamatlah riwayat pahlawan Melayu tersebut. Namun apa yang sebenarnya berlaku tidak diketahui kecuali beberapa orang sahabatnya seperti Mustafa Awang Mat(Jusoh Rimau), Pendekar Tok Dermali, Raja Ibrahim(Pak Him) dan Mat Kelantan.

Disebabkan Mat Kilau dilabel sebagai 'Penderhaka' dan disahkan mati oleh Inggeris, beliau mengasingkan diri dan bermastautin di Batu 5, Jalan Kuantan-Gambang. Mat Kilau terpaksa menukar namanya beberapa kali dan akhirnya menggunakan nama Mat Siam. Pada Disember 1969, Tuhan menggerakkan hati Mat Kilau yang pada waktu itu memegang kad pengenalan diri K/P 2044778 dan bernama Mohamad Bin Ibrahim, memperkenalkan dirinya yang sebenar. Atas daya usaha anaknya Omar, pahlawan Melayu itu dibawa pulang ke kampung asalnya, Kampung Masjid,Pulau Tawar.

Kerajaan Pahang menubuhkan sebuah jawatankuasa untuk menyiasat. Beliau akhirnya disahkan sebagai Mat Kilau pada 6 Ogos 1970 oleh Menteri Besar Pahang, Tan Sri Yahya Mohd Seh. Empat hari kemudian, Mat Kilau meninggal dunia kerana uzur.

Alfatihah untuk perjuangan orang Melayu dahulu.

Selasa, 23 Mac 2021

Pok Khalid penjual makanan pagi..di Mengabang Telipot

Pagi ini Lanbayu bawakan coretan Pok Khalid penjual makanan pagi..di Mengabang Telipot

 Lanbayu memulakan dengan suatu cabaran..Apakah orang orang muda tidak sanggup melakukannya sedangkan ia adalah usaha yang banyak memperolehi pendapatan lumayan..malu? Pendapatan beratus ratus ringgit sehari, tanpa modal tetapi perolehi keuntungan..
 hendak malu apa Buangkan sifat itu kerana ia adalah kerja yang halal.

 2.Demikian Pok Kholid atau Khalid bin Jaafar seorang penjual makanan pagi yang tersohor di Mengabang Telipot.
3. Tempat jualan utamanya ialah di depan Masjid Jamek Mengabang Telipot, tetapi beliau mempunyai motosikal roda tiga untuk bergerak ke mana mana jika perlu.
4. Seawal pagi (cerah cerah tanah, istilah orang kampung) sudah ada Khalid yang berusia 61 tahun di situ menunggu pelanggan dengan pelbagai jenis nasi, mee goreng berbagai kuih muih. Pelanggannya  dari pelbagai lapisan, kakitangan kerajaan, nelayan, pelajar sekolah dan penduduk sekitar Mengabang Telipot yang luas itu.

5. Semuanya dalam bungkusan untuk dibawa pulang selepas membelinya, bukan untuk makan di situ.
 Atau di makan di mana mana tempat atau menjadi bekalan ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya.
6. Puluhan aneka makanan pagi itu bukannya dihasilkan oleh Khalid, tetapi dia sebagai penjual atau pengedar makanan beraneka itu sahaja..

 Dan sebagaimana coretan Lanbayu yang lalu memanglah kawasan sekitar itu Kg Tengah, Tanjung Gelam, Kolam, Banggol dan sekitarnya adalah tempatan pembuatan berbagai makanan sejak turun- temurun lagi.

JOM makan makan bersama iringan bayu segar di malam damai di Lanbayu Seafood Pulau Duyong....pekena steambot (RM35 untuk 4 orang makan) beh bbq di hanya meja sendiri, ikan bakar, celup tepung dan tomyam poktek serta pelbagai masakan panas..wsap Lanbayu deh kalau nok mari & jumpa  013.581 1561)

7. Harga harga dari 50 sen, RM1 hinggalah kepada RM2, RM2.50 , RM3 mengikut jenis dan jumlah bungkusan itu. Pagi semalam (kelmarin pada sebutan orang Terengganu)  Lanbayu beli nasi minyak gulai ayam, hanya RM2.50 sebungkus.
 
8. "Kita jual tidak mahal, orang akan ramai beli kalau harga lebih murah, kita ambil untung tidak banyak tetapi kita dapat jual dengan jumlah yang banyak" itu kata Khalid ketika ditanya berkaitan usahanya itu yang dijalankan hampir 30 tahun lalu (sejak tahun 1990an).

9. Dulu, dia bermula dengan ikan kering, bilis , produk laut dalam bentuk kering dan bahan bahan jualan seperti itu dijaja tetapi sekarang diteruskan lagi jualan itu selain jualan makanan, beritahu Khalid yang berasal dari Kg Kolam, Mengabang Telipot.

10. Menurutnya , jumlah jualan hariannya mencapai RM2,000, malah kadang kadang RM3, 000 hanya dalam masa beberapa jam sahaja.

11. Makanan itu juga diedar ke kedai kedai kopi sekitar, bermakna jualannya tidak mengenal  perkataan 'tidak habis' semua habis dijual.

12. Pastilah dengan jumlah jualan itu dia mendapat bahagiannya tidak kurang antara RM200 hingga RM300 dalam masa beberapa jam.

13. Ditambah lagi jualan itu juga dibawa ke tempat tempat keramaian di sebelah tengahari..seperti di klinik dan lain lain, sebab itu pendapatannya semakin bertambah.

14. Khalid juga seorang pemurah, kadang kadang bila dah banyak dapat dijual dia beri makanan itu percuma kepada kenalan atau orang yang memerlukan.

15. Ditanya apakah kerjaya sebelum ini, beliau berkata sudah pasti 'kelaut' yakni nelayan "Saya merantau sampai Rompin , Mersing dulu untuk kelaut' beritahu Khalid jujur.

 16.Lanbayu masih ingat arwah emak Khalid bernama Maimun seorang pembuat nasi lemak yang enak di hantar ke kedai kedai makanm

17. Mungkin itu juga menjadi inspirasi kepada.Khalid untuk menjual makanan sepertimana sekarang.

18. Semoga Khalid terus sihat sentiasa diberkati oleh Allah dalam menjalankan usaha halal dan menguntungkan itu.

19. Khalid kenalan lama Lanbayu kerana rumah emaknya dulu sebelah rumah emak saudara Lanbayu iaitu Mokcik Mek Pok Nik.

20. Dan emak ayahnya (Jaafar dan Maimun) lebih dikenali 'Maimun Jaafar' amat peramah dan suka membantu bila ada kenduri kendara.
 Semoga roh arwah ibubapa Khalid dalam rahmat Allah jua.

  
( Jumpa.Lanbayu malam ini di Lanbayu 2  WesternFood..Jalan Gong Badak.- Tok Jembal Golf Cafe Resthouse Hadami ..Sepetir Rendang nama tempat itu. Bersama Chef anakanda Lanbayu, Puteri Nuranis Shabila lulusan Kulinari Kolej SM ...sekali makan pasti nak lagi...makanan taraf hotel,.tetapi harga warong
  Atau jumpa di Lanbayu 1, Seafood di Pulau Duyong nan indah nyaman..wsap.sepatah ke Lanbayu 013 581 1561.)

 Buka 5 petang - 12 malam.

TINGGALAN WARISAN BELANDA DI SEMENANJUNG MALAYSIA


Sebelum Perjanjian Inggeris-Belanda 1824 ditandatangani di London, United Kingdom,, terdapat beberapa kawasan di Semenanjung Tanah Melayu pernah menjadi kawasan penempatan dan loji Kompeni Hindia Timur Belanda (VOC) sebelum ianya dimusnahkan oleh para pejuang Melayu atau diserahkan kepada Inggeris. Antaranya ialah :

1. Kota Melaka (1641-1824) di Negeri Melaka yang diperoleh oleh VOC selepas berjaya merampasnya daripada Portugis dengan bantuan Kerajaan Johor-Riau pada tahun 1641. Kota Melaka telah diserahkan oleh Belanda kepada Inggeris sebagai tukaran Koloni Inggeris di Bencoolen (Bangkahulu) yang diserahkan oleh Inggeris kepada Belanda selaras dengan persetujuan Perjanjian Inggeris-Belanda 1824.
2. Kota Belanda di Pulau Pangkor yang terletak di dalam Daerah Manjung di Negeri Perak yang dibina pada tahun 1670 tetapi telah dimusnahkan oleh pejuang Melayu Perak yang diketuai oleh Panglima Kulop Ali. Serangan ini dilakukan akibat perasaan tidak puashati dalam kalangan bangsawan Melayu Perak dengan tindakan monopoli dagangan bijih timah di Kuala Sungai Perak oleh Kompeni Hindia Timur Belanda.

3. Pengkalan Halban (1747-1795 yang terletak di dalam Daerah Hilir Perak di Negeri Perak yang dijadikan sebagai loji pengumpulan hasil bijih timah di Kuala Sungai Perak melalui perjanjian yang dipersetujui antara Sultan Muzaffar III daripada Kesultanan Melayu Perak dan pihak VOC. Penempatan dan loji ini telah dirampas oleh Inggeris yang diketuai oleh Lord Camelford dan Leftenan Macalister serta tentera Inggeris daripada Tentera Laut Diraja Inggeris (Royal Navy). Pada tahun 1880, Supritendan (Penguasa) British Hilir Perak telah mengarahkan supaya kubu tersebut dimusnahkan dan besi serta batu bata dari kubu tersebut digunakan untuk tujuan pembinaan Telok Anson Town yang mana hari ini cukup dikenali dengan Pekan Teluk Intan.
4. Kota Melawati yang terletak di Kuala Selangor, Negeri Selangor. Kota Melawati ini diduduki oleh Belanda dan dijadikan sebagai penempatan dan loji VOC di Selangor. Sultan Selangor kedua iaitu Sultan Ibrahim anak kepada Sultan Selangor pertama iaitu Raja Lumu yang merupakan adik kepada Raja Haji Fisabilillah iaitu Yam Tuan Muda Riau telah bertindak menyerang Kota Melawati dan merampasnya daripada Belanda dengan bantuan orang-orang Melayu Pahang sebagai tindakan membalas dendam dan menuntut bela akan kesyahidan Raja Haji yang dibunuh oleh tentera Belanda di Teluk Ketapang, Melaka. Kota ini jatuh ke tangan Sultan Selangor pada tahun 1784.

Hutang kerajaan akan naik hampir RM300 bilion selepas PRU14 ke RM975 bilion pada akhir tahun 2021.

Ada yang masih keliru dengan penjelasan Menteri Kewangan PN petang tadi.

Apa yang dia kata ialah:

(1) Bahagian atas dan sebelah kiri. Kotak HIJAU dalam gambar.
- Hutang statutori yang merupakan pinjaman tempatan bon kerajaan tidak melanggar had statutori nisbah hutang 60%.

(2) Bahagian sebelah kanan. Kotak OREN dalam gambar.
- Pinjaman luar negara (hutang asing) tidak melebihi had RM35 bilion bagi pinjaman asing manakala  Bil Perbendaharaan Malaysia. juga tak melebihi had RM10 bilion bagi Bil Perbendaharaan Malaysia. 

(3) bahagian bawah sekali. Kotak MERAH dalam gambar.
- Nisbah KESELURUHAN hutang kerajaan barulah cecah 60% (iaitu 62.2% pada akhir tahun 2020) JIKA digabungkan (1) pinjaman tempatan bon kerajaan dan (2) pinjaman luar negara dan Bil Perbendaharaan Malaysia. ⠀

Jadi, nisbah keseluruhan hutang kerajaan memang sudah naik ke 62.2% pada akhir tahun 2020 (iaitu cecah 60%) berbanding 48.7% suku-1 tahun 2018 sebelum PRU14 - seperti dalam diagram Menteri Kewangan PN.

Sebab itu, kerajaan tak perlu usul kenaikan had hutang sekali lagi dalam parlimen seperti apa yang dibulan Ogos lalu apabila had hutang telah dinaikkan dari 55% ke 60%. 

Nisbah keseluruhan hutang negara juga dirancang kerajaan PH untuk naik ke 64.5% pada akhir tahun 2021 apabila jumlah hutangk kerajaan naik ke RM975 bilion - itupun JIKA unjuran kerajaan PN untuk pertumbuhan KDNK yang amat optimistik sebanyak 7.5% dapat dicapai.

Hutang kerajaan pada akhir tahun 2017 ialah RM687 bilion - bermakna, hutang kerajaan akan naik hampir RM300 bilion selepas PRU14 ke RM975 bilion pada akhir tahun 2021.
https://www.facebook.com/102339531415802/posts/279899350326485/

Sumber Facebook Page:
Dato Seri Najib bin Tun Abdul Razak

Hari ini, negara UAE umum pelaburan US$10 bilion (RM41 bilion) kepada Indonesia.

Ini selepas pelaburan terdahulu bernilai RM93.5 bilion dari UAE ke Indonesia pada bulan Januari tahun 2020 lepas.

Jumlah RM134.5 bilion dilabur UAE ke Indonesia tetapi tiada satu sen pun dilabur oleh UAE ke Malaysia sejak PRU14.

Setiap satu sen yang didakwa hilang dari 1MDB telah dibayar atau dijamin oleh syarikat IPIC milik penuh kerajaan Abu Dhabi, UAE.

Dari tahun 2015 hingga 2017, saya telah membuat dua perjanjian penyelesaian dengan Abu Dhabi untuk mendapat kembali dana dari mereka tanpa menuduh secara terbuka bahawa pihak-pihak mereka telah mengelapkan dana 1MDB demi menjaga hubungan antara kedua negara kita. 

Perjanjian penyelesaian muktamad pada tahun 2017 yang diusahakan oleh kerajaan BN dahulu mengandungi klausa bahawa IPIC bersetuju untuk menyelesaikan semua wang dibayar oleh 1MDB kepada mereka yang kini didakwa hilang sebelum 30 Disember 2020.

Kalau niat utama kerajaan PH dahulu adalah untuk mendapat kembali segala wang, perjanjian penyelesaian ini patut dipatuhi.

Bergantung kepada DOJ Amerika Syarikat untuk kembali wang selepas ianya dibayar dan dijamin oleh IPIC bermaksud kita tak mungkin dapat kembali segala yang didakwa hilang.

DOJ hanya mampu mendapat kembali sebahagian dari dana tersebut. Itupun dengan cara sedikit demi sedikit.

Tetapi niat kerajaan PH dahulu berlainan.

Jika semua wang 1MDB yang didakwa hilang dikembalikan oleh IPIC sebelum akhir tahun 2020 ini, maka Najib tak rompak apa-apa.

Jadi, saya agak kecewa bahawa perjanjian penyelesaian ini tidak diteruskan oleh kerajaan PN walaupun Sarawak Report turut membuat spekulasi apabila PM8 melawat UAE pada bulan lepas bahawa kerajaan PN akan menyelesaikan dengan IPIC dengan menerima bayaran yang murah dari UAE.

"8 Feb 2021: Abu Dhabi Cheap Settlement Looks Imminent To Get Royals Off The Hook"
https://www.sarawakreport.org/2021/02/abu-dhabi-cheap-settlement-looks-imminent-to-get-royals-off-the-hook/

(Ini juga kali pertama Sarawak Report mengaku bahawa wujudnya perjanjian penyelesaian ini dan Najib cuba mendapat kembali dana yang didakwa hilang dari 1MDB)

Paling pelik pula ialah geng-geng PH juga tak tertanya-tanya juga kenapa perjanjian penyelesaian dengan UAE ini tidak diteruskan.)

PH tak mahu sebut pun perjanjian penyelesaian ini sebab ianya bercanggah dengan propaganda PH terhadap saya.

Sebab itu, kerajaan PH dahulu batalkan perjanjian penyelesaian dengan kerajaan Abu Dhabi itu walaupun ianya bermakna negara akan rugi.

Sebab itu juga, kerajaan PH rela untuk saman kerajaan Abu Dhabi di London berhubung dengan dana 1MDB itu dan sanggup merosakkan hubungan antara dua negera itu.

Jika perjanjian tak batal maka hanya boleh kata IPIC belum bayar balik dana 1MDB. Wang tak hilang.

Jika perjanjian batal dan kita saman IPIC maka dana itu pun diklasifikasikan sebagai dana hilang dan haram.

Malah SPRM di bawah kerajaan PH lebih rela untuk membongkarkan rakaman perbualan telefon peribadi saya dengan putera Abu Dhabi apabila kita berdua cuba menyelesaikan masalah 1MDB-IPIC.

Sebab itu juga, kerajaan Abu Dhabi lebih rela untuk melabur RM134.5 bilion dengan negara jiran Indonesia dan tak labur satu sen pun di Malaysia.

Dan kerana itu juga, Guan Eng tak pernah berani untuk mendedahkan perjanjian penyelesaian IPIC.

Kerana apabila didedahkan, klausa untuk mendapat kembali semua dana yang dihilang sebelum akhir tahun ini akan terdedah kepada Rakyat.

Dan dengan itu, Najib bukan lagi perompak dan penyamun dana 1MDB.

Itu tak boleh!

Sebab itu, kerajaan PH sanggup menerima sebahagian dari wang tersebut melalui DOJ sedikit demi sedikit dan tidak mahu mendapat kembali segala dana didakwa hilang secara sekaligus seperti dalam perjanjian penyelesaian.

Sebab itu, kerajaan PH sanggup rosakkan hubungan antara Abu Dhabi dengan Malaysia sehingga Abu Dhabi melabur RM133.5 bilion di Indonesia dan tak labur satu sen pun di Malaysia.

Negara kerugian besar tak apa.

Asalkan propaganda bahawa Najib adalah perompak dan penyamun 1MDB boleh diteruskan oleh PH.

(Tonton video 11 Nov 2018 ini apabila saya tanya tentang perjanjian itu. Tak seorang dari PH pun berani sangkal saya. Semua terdiam - termasuk Jelutong dan Guan Eng yang ada dalam dewan.: https://www.facebook.com/najibrazak/videos/420165068519453/ )

Sumber Facebook Page:
Dato' Seri Najib bin Tun Haji Abdul Razak